Koneksi Antarmateri - Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid


Pendahuluan

Dalam membuat program ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti tahapan membuat program mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, hingga tindak lanjut.

Untuk membuat program yang berdampak pada murid, maka salah satu model yang dapat digunakan dengan mengikuti BAGJA. Seperti apa BAGJA itu? 

  • Tahap pertama, Buat Pertanyaan Utama. Pada tahap ini, kita merumuskan pertanyaan sebagai penentu arah penelusuran terkait perubahan apa yang kita inginkan atau diimpikan. 
  • Tahap kedua, Ambil Pelajaran. Pada tahapan ini, kita mengumpulkan berbagai pengalaman positif yang telah dicapai di sekolah dan pelajaran apa yang dapat diambil dari hal-hal positif tersebut. 
  • Tahap ketiga, Gali Mimpi. Pada tahapan ini, kita dapat menyusun narasi tentang kondisi ideal apa yang diimpikan dan diharapkan terjadi di sekolah. Di sinilah visi benar-benar dirumuskan dengan jelas. 
  • Tahap ketiga, Jabarkan Rencana. Pada tahapan ini, kita dapat merumuskan rencana tindakan tentang hal-hal penting apa yang perlu dilakukan untuk mewujudkan visi. 
  • Tahapan terakhir, Atur Eksekusi. Pada bagian ini, kita memutuskan langkah-langkah yang akan diambil, siapa yang akan terlibat, bagaimana strateginya, dan aksi lainnya demi mewujudkan visi perlahan-lahan.
Berikut ini sekedar contoh menyusun program menggunakan alur BAGJA.


Kita tentu dapat mengembangkan BAGJA yang sudah dibuat ke dalam bentuk sebuah proposal kegiatan  yang lebih detil. Langkah selanjutnya adalah bagian yang tidak kalah penting, yaitu monitoring dan evaluasi.
Suasana Rapat Penyusunan Program Yang Berdampak Pada Murid


Monitoring and Evaluation

Monitoring dan evaluasi adalah suatu aktivitas yang sangat penting untuk mendukung tercapainya suatu tujuan dari proyek atau program yang dilakukan. Kertsy Hobson, dkk (2013) dalam buku yang berjudul “A Step by Step Guide to Monitor and Evaluation”, Hobson dkk menjelaskan bahwa monitoring adalah proses menghimpun informasi dan analisis internal dari sebuah proyek atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian retrospektif secara periodik pada satu proyek atau program yang telah selesai. Biasanya kegiatan evaluasi melibatkan penilai luar yang independen.


Monitoring dan evaluasi, atau lebih mudah disingkat dengan M&E, perlu disinergikan dengan kegiatan atau program yang sedang berjalan dengan melakukan perencanaan, tindakan, dan refleksi. Ketiga aktivitas ini menjadi sebuah siklus yang dapat dilakukan berulang-ulang. Dalam melakukan monitoring dan evaluasi, Kertsy Hobson menawaran dua belas prinsip dasar yang dapat digunakan sebagai pedoman:

  1. mengapa perlu melakukan monitoring dan evaluasi? Tahap awal sebelum melakukan monitoring dan evaluasi adalah mengetahui alasan mengapa monitoring dan evaluasi dibutuhkan. Banyak hal positif yang bisa diperoleh dari aktivitas monitoring dan evaluasi.
  2. menyetujui prinsip-prinsip yang menjadi pedoman. Prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam melakukan monitoring dan evaluasi adalah hal penting untuk dimiliki.  Beberapa prinsip yang harus dipenuhi adalah bahwa monitoring dan evaluasi harus relevan, berguna, sesuai dengan waktu yang ditetapkan, dan kredibel.
  3. menentukan program atau proyek yang perlu dimonitor. Penting untuk menentukan program atau kegiatan yang harus dimonitor berdasarkan pada tingkat prioritasnya. Dengan demikian, perlu dipikirkan program mana yang akan dinilai, untuk periode kapan, dan apakah program tersebut adalah aktivitas yang sedang berlangsung sehingga perlu dimonitoring, atau sebagai rangkaian aktivitas yang sudah selesai sehingga perlu dievaluasi.
  4. menentukan siapa saja yang terlibat dalam setiap tahapan monitoring dan evaluasi. Untuk memastikan M&E relevan untuk pihak pemangku kepentingan, perlu dipertimbangkan informasi yang butuhkan oleh pihak pemangku kepentingan. Untuk itu,  identifikasi siapa saja dari para pihak pemangku kepentingan yang menjadi bagian internal program dan eksternal program adalah hal yang perlu diperhatikan.
  5. menentukan topik kunci dan pertanyaan untuk melakukan investigasi. Langkah selanjutnya adalah menentukan isu dan pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya. Contoh pertanyaan internal yang dapat diajukan kepada kelompok adalah: seberapa baik anggota kelompok bisa bekerja sama dalam hubungannya dengan sumber daya manusia, kepemimpinan, biaya, dan manajemen? Seberapa baik anggota kelompok bisa bekerja dengan orang lain?
  6. mengklarifikasi sasaran, tujuan, aktivitas, dan langkah-langkah untuk berubah. Untuk dapat menilai kemajuan, perlu diketahui apa yang sedang diraih dan bagaimana cara meraihnya dengan kembali melihat apa yang menjadi tujuan, target, dan kegiatan yang sudah dilakukan. Beberapa konsep penting yang menjadi kunci dalam strategi dan desain program atau proyek adalah:
    • Aim (dampak yang diinginkan), yaitu dampak akhir yang ingin diraih pada kehidupan orang lain atau lingkungan sekitar. 
    • Objective (tujuan; outcome yang diinginkan), yaitu perubahan-perubahan yang perlu dilakukan untuk mencapai dampak yang diinginkan).
    • Output, yaitu hasil cepat yang diraih dari satu kegiatan yang dapat berkontribusi terhadap tujuan yang ingin dicapai (objective).
    • Activities, yaitu kegiatan program atau kegiatan proyek yang sedang dilakukan sebagai proses memperoleh output yang diinginkan.
    • Inputs, yaitu semua yang diperlukan selama melakukan kegiatan program atau proyek, seperti manusia, keuangan, organisasi, teknis, dan semua sumber daya sosial. Strategi dan desain program untuk mencapai perubahan dapat dijelaskan dengan tahapan: input – kegiatan –output – outcome – dampak (impact)
  7. mengidentifikasi informasi yang perlu diketahui. Informasi yang diperlukan biasanya ditujukan untuk memantau atau menilai apa saja yang berubah, memahami mengapa bisa berubah, dan menginterpretasi perubahan. Informasi yang diinginkan dapat berupa data kuantitatif (menjawab pertanyaan, apa, berapa, dan kapan) atau data kualitatif (menjawab pertanyaan mengapa, bagaimana)
  8. memutuskan bagaimana informasi diperoleh. Biasanya data diperoleh melalui berbagai sumber internal dan eksternal. Pengumpulan metode Informasi yang digunakan untuk monitoring internal adalah rekam jejak internal kegiatan, menyimpan data sekunder yang relevan, workshop kelompok yang dilakukan secara periodik, diskusi, FGD, survei periodik, dan perlengkapan komunitas. Evaluasi dapat dilakukan oleh pihak eksternal. Biasanya evaluasi yang dilakukan oleh pihak luar berupa wawancara. Penilai eksternal dapat menggunakan data yang diperoleh melalui sistem monitoring internal.
  9. menilai kontribusi/pengaruh yang diberikan. Bagian penting dari M&E adalah menilai pengaruh atau kontribusi kegiatan terhadap dampak atau outcome yang dapat diobservasi. Untuk melihat pengaruh atau kontribusi yang dapat dirasakan, penilaian dapat dengan melakukan kontrol secara acak, atau melakukan penilaian retrospektif.
  10. menganalisis dan menggunakan informasi. Tujuan utama dari monitoring adalah untuk mendukung pengambilan keputusan internal dan perencanaan sehingga dilakukan analisis secara periodik, menilai, dan menggunakan informasi tersebut. Tips dalam menganalisis dapat disesuaikan dengan sifat data, yaitu:
    • Jika data adalah informasi bersifat kualitatif : mengidentifikasi kategori, menginterpretasikan temuan, dan bersiap untuk hasil yang di luar perkiraan.
    • Jika data adalah informasi yang bersifat kuantitatif: menghitung total sampel, menghitung rata-rata dan persentase serta melakukan pengujian statistik. 
  11. menjelaskan data. Data yang dijelaskan sangat bergantung pada tujuan. Data disampaikan kepada pihak pemangku kepentingan yang relevan dengan data yang akan dijelaskan. Dalam menjelaskan data, perlu ditentukan siapa yang menjadi pendengar atau hadirin, menjahitkan data agar bisa dipahami oleh pemangku kepentingan, memindahkan data menjadi grafik, dan menggambarkan hasil-hasil penting kepada pemangku kepentingan atau hadirin.
  12. mengedepankan etika dan proteksi data. Dalam etika memproteksi data, semua peserta atau responden yang dilibatkan selama proses monitoring dan evaluasi wajib dijaga kerahasiaannya.


PEMBELAJARAN

Dr Roger Greenaway seoarang ahli di bidang pelatihan guru dan sebagai fasilitator merancang kerangka kerja pembelajaran (Learning) melalui empat tingkat model. Keempat F adalah:

  1. Fact (Fakta): Catatan objektif tentang apa yang terjadi
  2. Feeling (Perasaan): Reaksi emosional terhadap situasi
  3. Finding (Temuan): Pembelajaran konkret yang dapat diambil dari situasi tersebut
  4. Future (Masa Depan): Menyusun pembelajaran digunakan di masa depan

Model ini dapat digunakan untuk berpikir dan merefleksikan situasi dan dapat membantu menyusun refleksi tertulis. Model ini mudah diingat dan membahas aspek utama dari apa yang perlu dipertimbangkan ketika meninjau suatu pengalaman.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari refleksi perlu ditinjau kembali pemikiran yang dimiliki. Untuk masing-masing bagian sejumlah pertanyaan bermanfaat diuraikan di bawah ini. 

Fact (Fakta)

F pertama merupakan fakta yaitu memeriksa urutan peristiwa dan momen-momen penting untuk menarik dan melihat fakta fakta. Membuat laporan singkat yang meliputi (apa?, di mana? kapan?, mengapa? dan bagaimana?) 

  • Apakah sesuatu yang tidak terduga terjadi? Adakah kejutan?
  • Apakah sesuatu yang sangat dapat diprediksi terjadi?
  • Apa yang paling berkesan / berbeda / menarik?
  • Apa titik balik atau momen kritis?
  • Apa yang terjadi selanjutnya? Apa yang terjadi sebelumnya?
  • Apa yang paling memengaruhi sikap dan perilaku Anda?
  • Apa yang tidak terjadi yang Anda pikir / harapkan akan terjadi.

Feeling (Perasaan)

Menggambarkan perasaan dalam situasi yang dapat membimbing untuk sepenuhnya memahami situasi dan pembelajaran didasarkan pada pengalaman. Mengevaluasi dan menilai secara tidak sengaja dengan perasaan dengan menggunakan ‘merasa’ sebagai penilaian, misalnya ‘Saya merasa mereka salah’, atau feeling perasaan saya adalah itu pilihan yang baik ’, kemudian menulis ulang sebagai perasaan baru.Contoh pertanyaan sebagai berikut:

  • Apa saja perasaan yang dialami
  • Pada titik apa Anda merasa paling atau paling tidak terlibat?
  • Perasaan apa lagi yang ada dalam situasi tersebut?
  • Pada titik mana secara sadar dapat mengendalikan / mengekspresikan perasaan Anda

Finding (Temuan)

Menyelidiki dan menafsirkan situasi untuk menemukan makna dan membuat penilaian. Pertanyaan utama adalah 'bagaimana' dan 'mengapa'.

Contoh :

  • Mengapa hal tersebut tidak berhasil? 
  • Bagaimana hal tersebut bisa memengaruhi ?
  • Apakah ada peluang atau penyesalan yang terlewat?

Future (Masa depan)

Mengambil temuan dan mempertimbangkan bagaimana menerapkannya di masa depan.

  • Bagaimana bayangan terhadap masa depan?
  • Apa yang sudah berubah?
  • Pilihan apa yang sudah dimiliki?
  • Bagaimana temuan ini dapat berjalan dengan baik?
  • Rencana apa yang yang akan dilakukan untuk masa depan?


Bagaimana Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Kita perlu menggunakan kegiatan MELR: Monitoring, Evaluation, Learning, Reporting (Monitoring, Evaluasi Pembelajaran, Laporan) untuk mengelola program dengan baik. Pembahasannya sebagai berikut.

LAPORAN (Reporting)

Menurut Himstreet, et al. (1983), laporan adalah pesan yang disampaikan secara sistematis dan objektif yang digunakan untuk menyampaikan informasi dari satu bagian organisasi kepada bagian lain atau lembaga lain untuk membantu pengambilan keputusan atau memecahkan persoalan.

Laporan merupakan alat bagi pimpinan untuk menginformasikan atau memberikan masukan untuk setiap pengambilan keputusan yang diambilnya. Oleh karena itu laporan harus akurat, lengkap, dan objektif. Dalam prakteknya, laporan adalah sebuah dokumen yang merupakan produk akhir dari suatu kegiatan. Laporan menyajikan informasi dengan cara yang sangat khusus. Informasi yang terkandung dalam laporan sesungguhnya telah ditulis dan dikumpulkan dalam kertas kerja. 

Pada dasarnya laporan merupakan gambaran tentang apa (what) yang telah terjadi, di mana (where) kejadian tersebut berlangsung, bilamana (when) kejadian itu terjadi dan mengapa (why) hal itu terjadi, siapa (who) yang bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah terjadi, serta bagaimana (how) kejadiannya. Konsep ini dikenal dengan istilah SW 1H.

Tujuan Laporan

Tujuan penyusunan laporan adalah untuk menjadikan informasi yang disampaikan jelas dan mudah dipahami. Oleh karena itu, materi laporan yang disampaikan hanya yang perlu diketahui oleh pihak pembaca.

Pada umumnya laporan digunakan untuk menyampaikan tujuan yang bersifat umum sebagai berikut:

  • Memantau dan mengendalikan suatu kegiatan. 
  • Membantu mengimplementasikan kebijakan dan prosedur yang telah ditentukan 
  • Memenuhi persyaratan.
  • Mendokumentasikan kegiatan
  • Merupakan pedoman untuk persoalan tertentu

Fungsi Laporan

Fungsi Laporan Fungsi laporan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Pertanggungjawaban dan pengawasan

Laporan merupakan suatu pertanggungjawaban dari seorang kepada pimpinannya sesuai dengan fungsi tugas yang dibebankan kepada yang bersangkutan.

2. Penyampaian informasi

Laporan merupakan salah satu sumber informasi yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi dan tugas-tugasnya. 

3. Bahan pengambilan keputusan Dalam pelaksanaan manajemen

Untuk keperluan pengambilan keputusan oleh pimpinan diperlukan data atau informasi yang berhubungan dengan keputusan yang diambil. Data atau informasi itu berasal dari semua satuan organisasi atau pejabat di dalam organisasi melalui laporan-laporan.  Sebagai salah satu alat untuk membina kerja sama, saling pengertian, dan koordinasi dengan bagian/unit lain.

4. Sebagai salah satu alat untuk memperluas ide dan tukar-menukar pengalaman.

Syarat-syarat laporan agar laporan yang dibuat dapat dengan mudah dibaca dan dimengerti maka laporan tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

  • Laporan mencerminkan Isi laporan. isi laporan harus dapat dimengerti dan dapat memenuhi keinginan yang memintanya maka laporan harus memuat informasi yang benar dan objektif.. Kebenaran dari informasi tersebut sangat penting karena hal tersebut sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan. Bila informasi dalam laporan tersebut tidak benar maka keputusan yang diambil pun akan salah. 
  • Laporan harus langsung pada sasaran. Perlu disadari bahwa pimpinan mempunyai   waktu yang sangat terbatas. Dengan keterbatasan waktu yang dimiliki, hendaknya kita harus mengusahakan agar laporan yang kita buat tidak terlalu panjang sehingga tidak terlalu menyaporan harus diusahakan singkat, tepat, padat, dan jelas serta langsung mengenai persoalannya. 
  • Laporan harus lengkap. Kelengkapan suatu laporan banyak ditentukan oleh kemampuan penyusun dalam mengorganisir data yang mencakup semua segi masalah yang dilaporkan. Penyajian dalam bentuk uraian akan lebih lengkap kalau ditunjang dengan supporting data (data penunjang) misalnya, data statistik, grafik, skema, dan sebagainya.
  • Laporan harus tegas dan konsisten. Laporan hendaknya dibuat sedemikian rupa sehingga tidak memberikan kesempatan timbulnya masalah atau persoalan baru. Ini berarti bahwa uraian yang dikemukakan harus tegas dan konsisten antara bagian laporan yang satu dengan bagian yang lainnya. 
  • Laporan harus tepat pada waktunya. Agar pimpinan dapat menentukan kebijaksanaan selanjutnya dan dapat menyelesaikan masalah dengan benar maka ketepatan waktu penyampaian laporan harus benar-benar diperhatikan. Laporan harus diusahakan secepat-cepatnya dibuat dan disampaikan kepada pimpinan. Tidak tepatnya waktu penyampaian suatu laporan berarti tindakan korektif yang harus diambil ataupun follow up-nya akan mengalami keterlambatan. Hal ini akan mengakibatkan hal yang negatif pada organisasi.
  • Laporan harus tepat penerimaannya. Laporan pada dasarnya mengandung pengertian komunikasi timbal balik antara yang memberi laporan dengan penerima laporan atau antara atasan dan bawahan. Di satu pihak atasan ingin mengetahui sampai di mana pelaksanaan tugas yang telah diberikannya, dan di lain pihak bawahan ingin mengetahui atau mendapatkan respon dari atasan atas laporannya serta bagaimana follow up dari laporan tersebut. Oleh karena itu, laporan harus benar-benar sampai kepada yang memintanya. Laporan yang tidak sampai kepada sasarannya dan sampai kepada orang yang tidak berhak membacanya, akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan, misalnya terjadi kebocoran rahasia, laporan bagi yang memintanya sudah tidak ada nilainya lagi, dan penilaian negatif oleh atasan terhadap bawahan bersangkutan

Strategi Pelaporan

Sebelum melakukan laporan, ada beberapa pertanyaan panduan, seperti:  

  • Apakah laporan disiapkan untuk tujuan audit?
  • Apakah   data disiapkan untuk menundukung investigasi tugas pembelajaran yang tidak lengkap?
  • Apakah laporan bertujuan untuk mendemonstrasikan dampak dari pembelajaran Anda pada sebuah organisasi? 

Biasanya laporan hanya dilakukan untuk memenuhi poin 1 dan 2, meskipun saat ini penting untuk melakukan laporan kualitatif seperti pada poin 3 dan laporan yang mendukung poin 4. Laporan-laporan pada poin 3 dan 4 menjelaskan hal yang sedang dilakukan. Apabila laporan dilakukan mulai dari poin 3 dan 4, hal tersebut merupakan langkah awal yang cukup baik.


Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid

Manajemen Resiko

Dalam dunia pendidikan kita mengenal istilah manajemen pendidikan yang dilakukan sekolah untuk mengembangkan mutu sekolah, manajemen risiko merupakan salah satu hal  wajib yang harus dilakukan dalam merencanakan program sekolah. Manajemen risiko haruslah menjadi satu kesatuan bagian yang tak terpisahkan dari pelaksanaan sistem manajemen di sekolah. Labombang (2011: 39) berpendapat bahwa walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.

Dalam Prinsip Dasar Manajemen risiko (2019:3)  Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi,analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko.

Resiko dalam sebuah program merupakan sebuah langkah awal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi segala  sesuatu yang  kemungkinan besar dapat terjadi, termasuk juga dalam merencanakan dan melaksanakan program pendidikan. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan  wajib melakukan  rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin timbul dari pelaksanaan program sekolah.

Risiko tidak dapat dihindari tetapi dapat dikelola dan dikendalikan karena apabila  risiko tidak dikelola dengan baik maka akan mengakibatkan kerugian serta hambatan,  sehingga program sekolah yang telah direncanakan  tidak berjalan dengan baik  Begitu pula sebaliknya apabila  risiko dapat  dikelola dengan baik maka sekolah dapat meminimalisir  segala kerugian yang dapat menghambat jalannya program  sekolah yang telah direncanakan. 

Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi. beberapa tipe risiko di lembaga pendidikan, meliputi:

  1. Resiko Strategis,  merupakan resiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan
  2. Resiko Keuangan, merupakan resiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset
  3. Resiko operasional, merupakan resiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen
  4. Resiko pemenuhan, merupakan resiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosuderal internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku
  5. Resiko Reputasi, merupakan resiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga. (Princewatercoper, 2003)

Pada akhirnya perubahan-perubahan yang dilakukan sekolah akan menimbulkan suatu resiko, namun tidak melakukan perubahan pun merupakan sebuah resiko oleh karena itu setiap sekolah harus mengidentifikasi resiko dan merencanakan pengelolaannya. Apabila semua sekolah dapat menerapkan manajemen resiko maka setiap kerugian akan dapat diminimalisir. Adapun tahapan manajemen resiko adalah sebagai berikut:

  • identifikasi jenis resiko, 
  • pengukuran resiko, 
  • melakukan strategi dalam pengendalian resiko 
  • melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan

Keterkaitan Dengan Materi Sebelumnya

Refleksi Filosofi Ki Hajar Dewantara

"Maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun anggota masyarakat" (Ki Hadjar Dewantara, 1936, Dasar-Dasar Pendidikan, hal.1, paragraf 4). Pernyataan KHD tersebut menjadi dasar pemikiran bagi guru untuk memahami bahwa tugas pendidik hanyalah "menuntun"  bukan mengubah kodrat murid. Setiap anak pada hakekatnya memiliki kekuatan  kodrat (potensi) yang berbeda-beda, maka gurulah yang mengarahkan  potensi murid  tersebut untuk dapat mencapai tujuan belajarnya yakni kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya. Nah,  kebahagiaan (students wellbeing) dan keselamatan perlu menjadi fokus dalam  pengelolaan program yang berdampak pada murid dengan memperhatikan aspek majamen resiko secara sungguh-sungguh.

Nilai Dan Peran Guru Penggerak

Nilai utama seorang guru penggerak adalah mandiri, inovatif, reflektif, kolaboratif, dan berpihak pada murid. Guru berperan membentuk karakter murid melalui keteladanan dan pembiasaan yang terus menerus. Kelima nilai ini sangat diperlukan dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid secara nyata.

Visi Guru Penggerak

Seorang pemimpin pembelajaran hendaknya berinisiatif  melakukan perubahan yang berbasis kekuatan/aset/potensi. Perubahan tersebut bisa dilakukan dengan paradigma inkuiri  apresiatif  yang  percaya bahwa setiap orang memiliki sisi positif yang bisa diajak berkolaborasi untuk melakukan perubahan positif. Paradigma tersebut bisa dilakukan dengan tahapan BAGJA. Pengembangan  visi  perubahan di sekolah  dapat dimulai  dengan mengembangkan visi pribadi, memetakan kekuatan dalam diri dan potensi murid, serta  merencanakan dan mengelola strategi perubahan. Hal ini sejalan dengan bagaimana kebutuhan pengelolaan program yang berdampak pada murid.

Budaya Positif

Tujuan membangun budaya positif adalah menumbuhkan karakter murid. Tujuan dari disiplin adalah agar anak memahami perilaku mereka sendiri, mengambil inisiatif, menjadi bertanggung jawab atas pilihan mereka, dan menghargai diri mereka sendiri dan orang lain. Dengan demikian, pengelolaan program yang berdampak pada murid perlu memperhatikan dan memanfaatkan (mengembangkan) budaya positif pada murid jika mengharapkan impact program akan lebih besar.

Pembelajaran Berdiferensiasi

Setiap individu memiliki keunikan atau karakteristik, setiap murid memiliki kekuatan kodratnya (karakteristik) masing-masing. Mereka berbeda dari segi kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Karena itu diperlukan pembelajaran berdiferensiasi untuk memenuhi kebutuhan belajar individual mereka yang beragam. Nah, dalam pengelolaan program yang berdampak pada murid perlu memperhatikan keunikan setiap murid tersebut, terutama dikaitkan dengan proses pembelajaran.

Pembelajaran Sosial Emosional

Pembelajaran Sosial Emosional (PSE) memungkinkan  anak (murid) dan orang dewasa  (guru dan warga sekolah lainnya)  memperoleh dan menerapkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Dilandasi dengan kesadaran penuh, melakukan  kegiatan yang melatih 5 kompetensi sosial emosianal  yang terdiri atas pengenalan emosi (kesadaran diri), pengelolaan emosi dan fokus (pengelolaan diri), kesadaran sosial (empati), resiliensi (ketrampilan sosial), serta pengambilan  keputusan yang bertanggunga jawab. Pengelolaan program yang berdampak pada murid akan terlaksana secara lebih berkualitas jika PSE diterapkan baik dalam proses KBM ataupun di luar proses, termasuk di dalam program yang disusun.

Couching

Couching adalah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis di mana couch memfasilitasi couchee untuk menggali potensi dan menemukan sendiri solusi dari situasi yang dihadapinya. Keterampilan couching sangat penting diterapkan di sekolah oleh kepala sekolah dan guru karena bisa membantu seseorang (guru dan murid) untuk menemukan kekuatannya dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah baik dalam hal pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Keterampilan melaksanakan couching merupakan bagian penting untuk mewujudkan pengelolaan program yang berdampak pada murid terutama dalam kaitannya dengan mengatasi masalah murid dan/atau menggali potensi murid sehingga tumbuh secara optimal.

Pengambilan  Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab  dengan mempertimbangkan 4 paradigma, 3 prinsip, dan 9 langkah pengujian terhadap kasus yang memuat unsur dilema etika harus konsisten dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran karena keputusan yang tepat akan  menimbulkan lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Pengelolaan program yang berdampak pada murid tentu terkait erat dengan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sebagai pemimpin pembelajaran. Akan berdampak bagi murid jika programnya memang diperlukan oleh murid dan murid menyadarinya.

Kesimpulan

Setelah menguraikan dan mendalami seluruh materi pada Modul 1, 2, dan 3, maka dapat saya simpulkan bahwa setiap materi dalam modul saling berkaitan, saling menguatkan, dan saling membutuhkan satu smaa lain, muaranya adalah sama yaitu terlaksanaknya program yang memenuhi kebutuhan murid dan berpihak pada murid.  

Bahan Pendukung:

http://repository.ut.ac.id/4123/1/PUST2138-M1.pdf

https://ejournal.upi.edu/index.php/JAPSPs/article/view/8295



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Workshop Pembuatan RPP Berdiferensiasi [Aksi Nyata 3.2 - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya]

Diseminasi Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran di SMPN 1 Punggur